RepublikeXpose – Kupang
Perjalananan kampanye dan blusukkan Tim Siaga kemarin yang dimulai dari Belu, Malaka dan TTS, dimana aku ikut serta mendampingi suamiku.
Aku kembali melihat pemandangan suami SPK (Simon Petrus Kamlasi) di depan Tabnya, tengah belajar keras di mobil di sela-sela perjalanan kami dengan medan jalan yang kurang bagus. Beliau memang sedang serius belajar dan belajar mengoptimalkan diri, seakan-akan memang motto Siaga 24 Jam telah melekat dalam dirinya dan beliau harus siap. Tentu saja sebagai mantan tentara, jangan diragukan lagi urusan pengabdian terhadap negara dan rakyat.
Beginilah keseriusan suamiku dalam mengerjakan sesuatu, selalu fokus dan bertanggung jawab.
Bukan pertama kali aku melihatnya seperti ini, tapi memang seperti inilah keseharian SPK sebenarnya.
Mengapa aku selalu membela dan mendukung suamiku ?
Ya karena aku tahu bahwa apa yang diperjuangkannya tulus untuk mengangkat Provinsi asalnya NTT ini dari zona kemiskinan.
Selain itu masa mudaku, aku juga pernah terlibat dalam urusan kegiatan sosial atau kemanusiaan. Tentu saja aku mendukungnya penuh.
Tetapi memang masa 5 tahun seandainya SPK terpilih nanti, kinerja untuk Provinsi harus langsung dengan kecepatan tinggi.
NTT telah lama tertinggal jadi butuh percepatan, bukan biasa-biasa saja. Kehadiran SPK dan Wakilnya Andre Garu harus membawa perubahan besar terhadap kehidupan di NTT nantinya.
Menurut data BPS, NTT merupakan Provinsi termiskin ke 4 dari bawah setelah Papua Pegunungan, Papua Tengah dan Papua Barat.
Jelas untuk pemimpin berikutnya tidaklah mudah karena harus mampu juga menyelesaikan beban hutang NTT sebesar Rp 1,3 T. Ketika aku tanyakan ke suamiku dan mengingatkannya saat awal beliau niat dan nekat maju mencalonkan diri sebagai Gubernur NTT
Suami menjelaskan bahwa beliau punya cara sendiri untuk menyelesaikannya “Ora et Labora”.
Semoga NTT Nyata Tuhan Tolong. Amin. Pikirku dalam hati,nya mendukung SPK maju adalah PERKARA IMAN.
(Red).