RepublikeXpose.com =
MAUMERE // _Meski mendapat pengadangan, pengancaman, dan penyerangan dari sekelompok warga terhadap pekerja PT. Krisrama, pihak PT Krisrama selaku pemegang Hak Guna Usaha ( HGU) lahan pertanian Nangahale, tetap melaksanakan kegiatan pembersihan dan pengolahan lahan HGU pada, (01/12/2025).
Penegasan ini di sampaikan Direktur PT. Krisrama, RD. Ephivanus Nale Rimo, SH, MH, kepada media di Maumere, Rabu (3/12/2025).
“Kegiatan
pembersihan dan pengolahan lahan HGU di Nangahale, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, tetap berlanjut, meski ada sekelompok warga (okupan/penyerobot) yang masih bersihkeras menempati lahan HGU PT Krisrama”. ungkap Ephivanus.
Didampingi Tim Kuasa Hukum PT. Krisrama, Ephivanus menerangkan, kegiatan pembersihan dan pengolahan lahan HGU Nangahale pada tanggal 01 Desember 2025 merupakan rencana kerja lanjutan PT Krisrama untuk mengoptimalkan lahan HGU Nangahale yang hak pengelolaanya diberikan negara kepada PT. Krisrama.
Menurutnya, kegiatan pembersihan dan pengolahan lahan HGU Nangahale oleh PT Krisrama selaku pemegang HGU adalah sah secara hukum, merujuk pada SK No.01 /HGU/BPN.53/7/2023 yang dikeluarkan oleh Kementerian ATR/BPN melalui Kanwil ATR BPN NTT Tentang Pemberian Hak Guna Usaha Atas Nama PT. Kisrama atas tanah yang terletak di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur tertanggal 20 Juli 2023 yang menjadi dasar terbitnya 10 Persil sertifikat HGU.
Kegiatan pembersihan tersebut kata Ephivanus, difokuskan untuk peremajaan kembali tanaman kelapa yang sudah tidak produktif sesuai ijin peruntukan HGU PT. Krisrama.
Namun lanjut dia, dalam kegiatan tersebut, ada sekelompok warga okupan melakukan pengadangan, pengancaman dan penyerangan terhadap pekerja PT. Krisrama yang sedang bekerja di lokasi sehingga mengganggu jalannya kegiatan pembersihan dan pengolahan lahan.
“Kita tetap akan melanjutkan kegiatan optimalisasi lahan pertanian HGU Nangahale sesuai rencana kerja PT. Krisrama. Kami tetap mendukung sepenuhnya kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) Kabupaten Sikka atas lahan Eks HGU Nangahale seluas 542 hektar dari 886 hektar lahan HGU yang telah dilepaskan kembali kepada Negara untuk kepentingan Reforma Agraria sesuai kewenangan negara,” ujarnya.
Disinggung soal adanya pengrusakan tanaman milik sekelompok warga okupan di dalam lokasi SHGU PT Krisrama, Ephivanus menegaskan, bahwa tidak ada tindakan pengrusakan tanaman seperti yang diklaim warga okupan. Yang ada adalah penebangan terhadap tanaman jambu mente yang berada di dalam lahan HGU atas nama PT Krisrama, dimana tanaman jambu mente tersebut ditanam oleh karyawan PT. Krisrama sejak dulu kala.
“Sesuai dengan rencana kerja PT. Krisrama bahwa pembersihan lahan itu adalah untuk peremajaan tanaman kelapa di dalam lahan HGU PT Krisrama. Sehingga tanaman sela di antara tanaman kelapa seperti tanaman jambu mente. Itu yang kita tebang dan bersihkan,” jelasnya.
.
Sementara itu, Ketua Tim Kuasa Hukum PT. Krisrama, Marianus Reynaldy Laka., SH.,MH., mengatakan, pengadangan, pengancaman dan penyerangan tersebut adalah perbuatan melawan hukum, di saat karyawan PT Krisrama sedang melaksanakan pekerjaan di lahan yang merupakan bagian dari 325 hektar yang terbagi dalam 10 persil Sertifikat HGU atas nama PT Krisrama.
“Segala tindakan pengadangan, pengancaman dan penyerangan tersebut akan menjadi pertimbangan PT. Krisrama untuk mengambil langkah hukum terhadap para pihak. Kita sudah punya bukti dan saksi”.tutup Marianus.
(CB/Tim)
