RepublikeXpose.com //
SUMATERA UTARA// Dusun Bungus dengan jumlah penduduk 53 kepala keluarga berada ditengah hutan Desa Sionom Hudon VII Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) Sumatera Utara. Ke lokasi harus melalui Desa Sitanduk Kecamatan Tarabintang.
Perjalanan menuju Dusun Bungus bukanlah perkara hal mudah, harus menelusuri jalanan yang berliku, berkelok-kelok, melewati bukit dan lembah dengan kondisi medan yang cukup terjal. Menuju dusun itu harus menempuh perjalanan hampir 6 jam lebih berjalan kaki, sejauh 18 kilometer. Jalan yang dilalui hanya sebagian kecil rabat beton, selebihnya jalan tanah bercampur bebatuan, licin dan terjal. Sehingga sangat membutuhkan kehati-hatian dan semangat tinggi.
Di tengah perjalanan menelusuri hutan, suasana terasa begitu sunyi namun hidup. Langkah demi langkah terkadang disambut kicauan burung liar yang bersahut-sahutan dari pucuk-pucuk pohon, seolah menyapa pejalan kaki yang datang dari jauh. Sesekali memecah keheningan, ada teriakan monyet dari kejauhan, menandakan bahwa perjalanan memang benar-benar menembus wilayah alam liar yang belum banyak tersentuh. Setiap suara menjadi irama perjalanan, mengiringi langkah kaki yang menanjak dan menurun di antara jalan tanah yang licin dan ada sebagian bebatuan. Ditengah hutan itu, ada satu unit rumah sebagai tempat istirahat dengan sebutan “Warung Kejujuran” milik Tinambunan.
Dalam rangka HUT (Hari Ulang Tahun) ke-22 Kabupaten Humbahas, Bupati Humbahas Dr Oloan P Nababan SH MH, Ketua DPRD Humbahas Parulian Simamora, Ketua TP PKK Ny Erma Oloan P Nababan, anggota DPRD Humbahas Gerhana Tumanggor dan Jamonang Nababan, Sekda Chiristison Rudianto Marbun, Praeses HKBP Distrik III Humbang Pdt Robinsarhot Lumban Gaol MM bersama rombongan lainnya kunjungan kerja (kunker) ke Dusun Bungus itu selama 2 hari yaitu Sabtu-Minggu 19-20 Juli 2025. Melayani tanpa batas demi masyarakat, semua rombongan bermalam di dusun tersebut. Dalam kunjungan itu, dilaksanakan bakti sosial termasuk pemeriksaan kesehatan gratis. Sabtu 19 Juli 2025 malam diadakan ibadah dipimpin Pdt Robinsarhot Lumban Gaol MM, ramah tamah, hiburan dan penampilan lainnya. Artis Batak Dompak Sinaga ikut hadir dalam rombongan, suasana di malam itupun bagaikan pesta rakyat, semua terhibur.
Kunjungan ini juga merupakan bagian dari upaya menyapa langsung masyarakat pedesaan serta meninjau kondisi infrastruktur dan potensi wilayah terpencil. Meskipun penuh tantangan, semangat untuk menjangkau di daerah pelosok tak surut. Tiba di lokasi, rombongan berdialog langsung dengan warga setempat, mendengarkan aspirasi terkait kebutuhan dasar, seperti akses jalan, pendidikan dan layanan kesehatan termasuk lampu penerangan Dalam dialog itu, pemerintah berkomitmen untuk mempercepat pembangunan di wilayah terpencil secara bertahap. Kunjungan juga sekaligus menjadi momentum untuk mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat serta menegaskan bahwa perhatian terhadap desa-desa terpencil menjadi prioritas utama dalam pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Kehadiran pemerintah disana, untuk memastikan bahwa setiap sudut daerah, sekecil apa pun itu, tetap menjadi perhatian, akan terus mendorong percepatan pembangunan hingga ke pelosok.
Kunjungan ini menjadi simbol kuat kepedulian pemerintah terhadap masyarakat desa, sekaligus membuka harapan baru bagi warga Bungus akan akses dan pembangunan yang lebih baik kedepan. Dalam pertemuan itu, warga sangat mengharapkan akses jalan dari Desa Sitanduk Kecamatan Tarabintang menuju Dusun Bungus menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah dan lembaga DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Humbang Hasundutan.
Dalam dialog itu, Ketua DPRD Humbahas Parulian Simamora mengatakan penjalanan menuju Dusun Bungus sangat penuh dengan tantangan dan rintangan karena sulitnya akses jalan. Tidak menyangka masih ada dusun seperti itu di Humbang Hasundutan. Seakan belum merasakan kemerdekaan. Karena menuju ke lokasi ini sangat melelahkan perjalanan. Sesuai dengan permintaan masyarakat, pemerintah dan lembaga DPRD Humbahas akan berkolaborasi terkait apa saja program pembangunan khususnya di Dusun Bungus.
Parulian Simamora menambahkan, tanpa menyalahi aturan dan peraturan yang berlaku, untuk mempermudah layanan kepada masyarakat, Dusun Bungus ini supaya disatukan dengan Kecamatan Tarabintang.
Bupati Humbahas Dr Oloan P Nababan mengucapkan terimakasih kepada warga Dusun Bungus atas penyambutan rombongan, sungguh luar biasa dengan keramahtamahan warga. Perjalanan cukup melelahkan, tapi begitu bertemu dengan warga, lelah dan letih itu terobati.
Terkait dengan permintaan masyarakat, terkhusus perbaikan dan pembangunan jalan termasuk jembatan akan menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Humbahas bersama-sama dengan lembaga DPRD Humbang Hasundutan. Pemerintah bersama wakil rakyat sudah hadir ditengah-tengah warga. Kalau sudah ada kolaborasi yang baik, permohonan dan permintaan warga akan terwujud, walaupun nantinya pembangunan dari berbagai sektor dilaksanakan secara bertahap.
Sebelumnya, masa pemerintahan Bupati-Wakil Humbahas Drs Maddin Sihombing-Drs Marganti Manullang sudah pernah mengunjungi dusun tersebut pada bulan Juli tahun 2011 lalu. Setelah 14 tahun berlalu, Pemerintah Kabupaten Humbahas dibawah kepemimpinan Dr Oloan P Nababan SH MH kembali hadir ditengah-tengah warga Dusun Bungus Kecamatan Parlilitan.
Dusun Bungus dihuni 53 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 214 jiwa. Bidang pendidikan, 1 unit PAUD, sekolah satu atap yaitu SD dan SMP. Jumlah siswa SD sebanyak 24 orang, sedangkan SMP hanya 11 murid. Melanjutkan pendidikan tingkat SLTA, harus keluar dari Dusun Bungus tersebut. Kemudian 2 gedung gereja yaitu HKBP dan Katolik.
Kepala Desa Sion VII Wasman Tumangger menjelaskan tahun 1975, dusun ini tergolong banyak penduduknya dan setiap hari minggu selalu ada pertandingan sepakbola. Namun belakangan ini, jumlah penduduk semakin menurun dengan berbagai alasan, situasi dan kondisi. Mata pencaharian umumnya meliputi pertanian dan peternakan. Sampai saat ini, Dusun Bungus terkenal dengan penghasil nilam, ihan Batak termasuk raru. Raru merupakan sebutan untuk jenis kulit kayu yang ditambahkan pada nira aren yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa, kadar alkohol dan mengawetkan minuman tradisional tuak.
Kehadiran Bupati Humbahas dan rombongan suatu kado yang terindah dan tak terlupakan. Matahari pasti terbit di Dusun Bungus. Kunjungan ini merupakan suatu motto di masyarakat yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Ini suatu bentuk nyata perhatian pemerintah terhadap kebutuhan dasar masyarakat. Warga yang selama ini merasa terabaikan merasa diperhatikan dan diakui. Kehadiran pemimpin menunjukkan bahwa masyarakat tidak dilupakan. Warga mendapatkan motivasi baru, merasa dilihat, didengar dan dihargai. Itu menumbuhkan harapan akan perubahan dan perbaikan kehidupan ke depan.
Dusun ini bisa dikatakan “Kaya tapi miskin-Miskin tapi kaya”. Kalimat ini dimaknai secara luas sebagai bentuk kehidupan masyarakat. Ungkapan ini mencerminkan antara kekayaan alam dan kemiskinan infrastruktur serta akses pelayanan publik. Masyarakat hidup di wilayah yang kaya akan potensi seperti hutan, lahan subur, hasil pertanian, air bersih dan keindahan alam. Tapi tetap miskin secara ekonomi dan kurang menikmati hasil kekayaan tersebut. Karena sulitnya akses jalan dan transportasi, minimnya sarana pendidikan dan kesehatan. Tidak adanya jalur pasar yang memadai untuk menjual hasil bumi. Warga memiliki sumber daya, tapi belum mampu mengakses manfaatnya secara maksimal. Kekayaan itu hanya ada secara lahiriah tapi belum berdampak pada kesejahteraan. Sebaliknya, meski secara ekonomi masuk kategori miskin namun secara nilai sosial, budaya dan spritual masyarakat justru merasa kaya.
Mereka hidup dalam kebersamaan dan gotong-royong yang kuat, memiliki ketahanan hidup yang tinggi ditengah keterbatasan. Menjaga alam dan kearifan lokal yang menjadi kekayaan identitas mereka. Tidak mengandalkan kemewahan tetapi cukup dan bersyukur dengan yang ada. Mereka tidak memiliki banyak secara materi tapi memiliki kekayaan hati, budaya dan kebijaksanaan hidup. Kata-kata ini menjadi cerminan suara hati masyarakat pelosok yang ingin diakui dan dihargai, bukan hanya sebagai objek pembangunan tapi sebagai subjek yang punya nilai, potensi dan martabat. Ini menjadi panggilan pemerintah untuk menjembatani jurang antara kekayaan sumber daya dan kesejahteraan nyata bagi warga.
Bungus suatu dusun terpencil dan terkurung barisan gunung atau perbukitan yang tinggi. Gunung-gunung menjadi batas alam yang mengelilingi dusun dari segala arah, membuat akses keluar masuk menjadi sulit. Karena secara fisik, jalan yang terjal, jauh dari pusat kota dan minim infrastruktur. Secara simbolis, warga hidup dalam keterisolasian, seolah dunia luar jauh dan sulit terjangkau. Dibalik keindahan alam yang melingkupi dusun itu, masyarakat sangat membutuhkan kehadiran pemerintah, bukan hanya sekedar hadir secara administratif tapi juga secara nyata dan menyeluruh. Bungus suatu wilayah yang hidup dalam pelukan alam, jauh dari pembangunan tapi juga sarat dengan keindahan dan keaslian. Masyarakatnya mungkin kekurangan sarana modern, namun memiliki hubungan yang dalam dengan alam dan kekuatan untuk bertahan dalam kesunyian geografis.
Salam hormat saya kepada warga Dusun Bungus. Doa dan harapan kita bersama, semoga matahari terbit ditengah-tengah warga.
Red *
(Penulis Kasi Statistik dan Persandian Dinas Kominfo Pemerintah Kabupaten Humbahas).